Deskripsi singkat:
Film ini bercerita tentang seorang chef (juru masak) yang memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai head-chef di restoran ternama di Los Angeles setelah konflik antara dirinya dan kritikus-sekaligus-food blogger menjadi perhatian media sosial di internet. Akibat konflik itu juga ia memutuskan untuk 'kembali ke awal', ke dirinya 10 tahun lalu di mana dia masih chef baru yang penuh semangat dan inspirasi serta penuh ide-ide baru dalam menciptakan makanan yang tidak hanya enak di lidah tetapi juga mampu menyentuh hati orang-orang.
Film ini ditulis dan disutradarai oleh Jon Favreau, dibintangi oleh dirinya sendiri sebagai pemeran utama dan Sofia Vergara, John Leguizamo, Emjay Anthony, Scarlett Johansson, Bobby Cannavale, Robert Downey, Jr., dll. Genre: drama komedi. Durasi: 114 menit.
Review:
Spoiler alert! Better not read it if you haven't watch the movie yet.
Seperti yang pernah disebutkan oleh entah-siapa-saya-lupa dalam sebuah talk show, 15 menit pertama sebuah film merupakan yang paling penting dari keseluruhan film. Kalau 15 menit pertama itu berhasil membuat penonton duduk diam dan menyaksikan filmnya dengan penuh perhatian, maka bisa dibilang film itu akan sukses. 15 menit pertama film ini sukses membuat saya duduk diam dan memperhatikan filmnya dengan seksama. Entah mungkin karena makanan yang ditayangkan? Entahlah. (Meskipun, menurut saya '15 menit pertama bagus = sukses' itu tergantung di mana penonton itu menonton film itu, apakah di bioskop atau di rumah lewat DVD/Blu-ray. Selain itu, dalam film sukses di awal tidak menjamin kesuksesan filmnya secara utuh.)
Ceritanya menarik, tentang seorang chef yang mencoba mencari kembali jati dirinya yang hilang setelah bertahun-tahun bekerja sebagai 'tukang masak' di restoran ternama di bawah perintah seorang bos yang bertindak semaunya. Ia kemudian menyadari apa yang terjadi dengan hidupnya dan mencoba menjadi manusia yang lebih baik. Ide besar ceritanya sebenarnya menarik, sayang alur filmnya berjalan lambat. Akibatnya, film jadi terasa berakhir dengan terburu-buru. Dan akhirnya sangat mudah ditebak. Happy ending. Selesai. Kurang twist atau konflik antar tokohnya, cuma percik-percik kecil seperti adu mulut. Itupun cepat selesainya.
Hubungan tiap karakternya pun mudah ditebak. Ayah dan anak yang jarang berkomunikasi. Ayah ibu yang sudah bercerai dan bergantian menghabiskan waktu dengan anaknya. Ayah yang sibuk bekerja dan tidak peka terhadap anaknya, merasa bahwa pergi ke sana kemari bersama anak itu merupakan kegiatan yang menyenangkan tanpa obrolan atau saling curhat dari hati ke hati. Mantan suami istri yang masih saling mencintai, dan si anak berharap mereka kembali bersama. Mantan istri yang sukses dan sibuk, punya uang banyak dan ingin membantu mantan suami, tapi ditolak mentah-mentah karena masalah harga diri. Rekan kerja yang mendeklarasikan diri akan setia kawan dalam suka dan duka, lalu waktu ada goncangan segera saja memilih jalur yang lebih aman untuk karir mereka sendiri.
Tapi di luar semua hal-yang-mudah-ditebak-dari-film-ini di atas, secara naskah film ini cukup bagus. Memang hubungan tiap karakternya kurang tergali dan kurang berkembang, tapi karakter-karakter utamanya ya. Membuat saya berpikir kembali, kelak kalau saya punya sesuatu yang saya sangat cintai tapi lalu harus dilepaskan begitu saja karena hal sepele, apa saya bisa mengatasinya?
Bagian yang paling saya suka adalah saat Ramsey Michel akhirnya menerima tantangan Carl untuk datang lagi ke restoran itu dan mencicipi menu baru, tapi Carl sudah keluar dari restoran itu dan berhenti sebagai head chef di sana. Saya suka ketika Carl akhirnya mengungkapkan apa yang dia rasakan tentang kritik Michel, kalau kritiknya itu menyakitkan. Kalau dia terluka akibat kritiknya itu. Selain bagian ini, saya juga suka karena setiap karakter di sini mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Kalau sakit mereka bilang sakit, kalau marah mereka marah.
Oh ya, meskipun film ini ditulis ber-genre drama komedi, menurut saya filmnya kurang unsur komedi. Satu-satunya adegan yang bikin saya ketawa ngakak adalah booties. Serius, itu adegan paling konyol sepanjang film. Film ini saya rasa lebih banyak adegan yang mencoba membuat penonton tersentuh ketimbang tertawa. Beberapa berhasil membuat saya tersentu memang, beberapa tidak.
Satu hal yang jadi pertanyaan saya dari film ini adalah: ke mana semua makanan yang disiapkan Carl di rumahnya yang awalnya dia rancang untuk menantang Ramsey? Waktu Carl bilang dia sedang memarkir mobilnya, saya kira dia datang sambil membawa makanannya itu. Tapi ternyata tidak. Padahal dia juga menciptakan makanan tidak sedikit, dengan bahan makanan yang mahal pula tampaknya. Masakan sebanyak itu dia makan sendiri?
Kutipan kalimat yang paling saya suka dari film ini:
Film ini bercerita tentang seorang chef (juru masak) yang memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai head-chef di restoran ternama di Los Angeles setelah konflik antara dirinya dan kritikus-sekaligus-food blogger menjadi perhatian media sosial di internet. Akibat konflik itu juga ia memutuskan untuk 'kembali ke awal', ke dirinya 10 tahun lalu di mana dia masih chef baru yang penuh semangat dan inspirasi serta penuh ide-ide baru dalam menciptakan makanan yang tidak hanya enak di lidah tetapi juga mampu menyentuh hati orang-orang.
Film ini ditulis dan disutradarai oleh Jon Favreau, dibintangi oleh dirinya sendiri sebagai pemeran utama dan Sofia Vergara, John Leguizamo, Emjay Anthony, Scarlett Johansson, Bobby Cannavale, Robert Downey, Jr., dll. Genre: drama komedi. Durasi: 114 menit.
Review:
Spoiler alert! Better not read it if you haven't watch the movie yet.
Seperti yang pernah disebutkan oleh entah-siapa-saya-lupa dalam sebuah talk show, 15 menit pertama sebuah film merupakan yang paling penting dari keseluruhan film. Kalau 15 menit pertama itu berhasil membuat penonton duduk diam dan menyaksikan filmnya dengan penuh perhatian, maka bisa dibilang film itu akan sukses. 15 menit pertama film ini sukses membuat saya duduk diam dan memperhatikan filmnya dengan seksama. Entah mungkin karena makanan yang ditayangkan? Entahlah. (Meskipun, menurut saya '15 menit pertama bagus = sukses' itu tergantung di mana penonton itu menonton film itu, apakah di bioskop atau di rumah lewat DVD/Blu-ray. Selain itu, dalam film sukses di awal tidak menjamin kesuksesan filmnya secara utuh.)
Ceritanya menarik, tentang seorang chef yang mencoba mencari kembali jati dirinya yang hilang setelah bertahun-tahun bekerja sebagai 'tukang masak' di restoran ternama di bawah perintah seorang bos yang bertindak semaunya. Ia kemudian menyadari apa yang terjadi dengan hidupnya dan mencoba menjadi manusia yang lebih baik. Ide besar ceritanya sebenarnya menarik, sayang alur filmnya berjalan lambat. Akibatnya, film jadi terasa berakhir dengan terburu-buru. Dan akhirnya sangat mudah ditebak. Happy ending. Selesai. Kurang twist atau konflik antar tokohnya, cuma percik-percik kecil seperti adu mulut. Itupun cepat selesainya.
Hubungan tiap karakternya pun mudah ditebak. Ayah dan anak yang jarang berkomunikasi. Ayah ibu yang sudah bercerai dan bergantian menghabiskan waktu dengan anaknya. Ayah yang sibuk bekerja dan tidak peka terhadap anaknya, merasa bahwa pergi ke sana kemari bersama anak itu merupakan kegiatan yang menyenangkan tanpa obrolan atau saling curhat dari hati ke hati. Mantan suami istri yang masih saling mencintai, dan si anak berharap mereka kembali bersama. Mantan istri yang sukses dan sibuk, punya uang banyak dan ingin membantu mantan suami, tapi ditolak mentah-mentah karena masalah harga diri. Rekan kerja yang mendeklarasikan diri akan setia kawan dalam suka dan duka, lalu waktu ada goncangan segera saja memilih jalur yang lebih aman untuk karir mereka sendiri.
Tapi di luar semua hal-yang-mudah-ditebak-dari-film-ini di atas, secara naskah film ini cukup bagus. Memang hubungan tiap karakternya kurang tergali dan kurang berkembang, tapi karakter-karakter utamanya ya. Membuat saya berpikir kembali, kelak kalau saya punya sesuatu yang saya sangat cintai tapi lalu harus dilepaskan begitu saja karena hal sepele, apa saya bisa mengatasinya?
Bagian yang paling saya suka adalah saat Ramsey Michel akhirnya menerima tantangan Carl untuk datang lagi ke restoran itu dan mencicipi menu baru, tapi Carl sudah keluar dari restoran itu dan berhenti sebagai head chef di sana. Saya suka ketika Carl akhirnya mengungkapkan apa yang dia rasakan tentang kritik Michel, kalau kritiknya itu menyakitkan. Kalau dia terluka akibat kritiknya itu. Selain bagian ini, saya juga suka karena setiap karakter di sini mengungkapkan apa yang mereka rasakan. Kalau sakit mereka bilang sakit, kalau marah mereka marah.
Oh ya, meskipun film ini ditulis ber-genre drama komedi, menurut saya filmnya kurang unsur komedi. Satu-satunya adegan yang bikin saya ketawa ngakak adalah booties. Serius, itu adegan paling konyol sepanjang film. Film ini saya rasa lebih banyak adegan yang mencoba membuat penonton tersentuh ketimbang tertawa. Beberapa berhasil membuat saya tersentu memang, beberapa tidak.
Satu hal yang jadi pertanyaan saya dari film ini adalah: ke mana semua makanan yang disiapkan Carl di rumahnya yang awalnya dia rancang untuk menantang Ramsey? Waktu Carl bilang dia sedang memarkir mobilnya, saya kira dia datang sambil membawa makanannya itu. Tapi ternyata tidak. Padahal dia juga menciptakan makanan tidak sedikit, dengan bahan makanan yang mahal pula tampaknya. Masakan sebanyak itu dia makan sendiri?
Kutipan kalimat yang paling saya suka dari film ini:
"Semua hal baik dalam hidupku, terjadi karena itu (memasak). Aku mungkin tidak mahir dalam segala hal. Aku tidak sempurna. Aku bukan suami yang baik, dan aku minta maaf kalau aku bukan ayah yang baik. Tapi bagus dalam ini (memasak). Dan aku ingin membaginya denganmu. Aku ingin mengajarkanmu apa yang sudah kupelajari." - Carl Casper
Terakhir, suka sekali dengan karakter Percy di film ini. Si kecil berwajah manis yang cool. Keren! Paling suka dengan kalimat Percy yang ini:
"Lalu? Aku dengar kata-kata kasar setiap waktu."
Itu waktu ayahnya melarang Percy ikut ke dapur saat ayahnya sedang memasak karena di dapur banyak kata-kata kasar yang keluar. Dia memang sangat cool. Dan manis. :p
Secara keseluruhan film ini bagus untuk ditonton kalau kalian ingin menonton sebuah film yang enak (dalam konteks makanan), sebuah film keluarga, dan film tentang pencarian jati diri. Tapi film ini tidak baik ditonton saat lapar atau saat sedang tidak punya uang, hanya akan membuat kalian meringis miris lihat makanan-makanannya yang tampak enak dan mahal. Film ini juga tidak baik ditonton untuk--yang seperti saya--banyak maunya, tapi tidak tahu mulainya dari mana dan bagaimana. Karena begitu nonton film ini, jadi pengen kursus masak, pengen jadi chef tapi itu pasti butuh waktu, tenaga, dedikasi, dan duit yang tidak sedikit. So silly of me.
Saya beri nilai 7,2/10,0.
ps: 0,5 - 1 poinnya berasal dari makanan-makanan enak yang ditampilkan di flm ini, hahaha. Although IMDb rating is higher than mine, I think that's a bit overrated. And maybe all those people who gave good rating for the film--just like me--are those who couldn't resist all the delicious food that was shown here.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar