Rabu, 17 April 2013

KDP, Aniaya atau tanda cinta?



Selamat malam semuanya, atau sore atau siang atau pagi atau subuh bahkan bagi siapapun di luar sana yang membaca blog ini. Kali ini gue mau post tentang Kekerasan Dalam Pacaran (KDP).

Kenapa?
Yah karena memang fenomena ini ternyata sudah cukup lama terjadi, cuma baru beberapa tahun belakangan ini aja digolongkan sebagai salah satu bentuk tindak kekerasan terhadap manusia lain *itu se-sok-tau gue aja sih, so cmiiw*

Kok tumben bikin post yang agak bener?
Gapapa sih, cuma pengen berbagi aja dari apa yang gue dapatkan baik dalam kuliah atau hidup sehari-hari, dan terlebih karena sekarang gue sedang jadi relawan di Yayasan Pulih yang memang mengangkat isu-isu kekerasan pada perempuan (ga tertutup kemungkinan terjadi juga pada laki-laki) makanya gue memutuskan untuk membuat post soal ini. Begitu....

Kenapa sih gue milihnya post soal KDP dulu?
Karena dari fenomena yang gue liat, banyak orang yang gak merasa (atau kalopun mereka merasa, mereka cenderung menyangkal) kalo mereka sedang jadi korban dari tindak kekerasan dalam pacaran. Kok bisa begitu? Wajar, karena dari apa yang gue liat sih, bentuk perilaku/tindak kekerasannya itu sendiri sangat subtle, artinya gak kentara dan gak tampak seperti kekerasan, bahkan kadang dianggap sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang dari sang pacar.. makanya wajar kalo ada juga yang tidak menyadari sedang jadi korban KDP.

Nah, apa sih KDP itu?
Segala bentuk kekerasan, perilaku mengontrol, dan agresif yang terjadi dalam hubungan pacaran.

Apa aja tuh bentuk tindakannya?
            Macem-macem, mulai dari verbal, emosi, fisik, dan/atau seksual. Contohnya gak ngebolehin pacarnya bergaul dengan orang lain (kalo dari apa yang gue liat sih biasanya nggak ngebolehin bergaul sama lawan jenis), memaki, cemburu buta, mengancam kalo keinginannya gak diturutin (ngancem diputusin misalnya atau apa gitu), memukul, sampai memaksa meraba, mencium, atau bahkan melakukan hubungan seksual.

Siapa yang bisa jadi pelaku KDP?
            Biasanya sih laki-laki, tapi bukan berarti gak ada perempuan yang jadi pelaku KDP loh.. ada juga perempuan yang melakukan tindak KDP sama pacarnya hanya jumlahnya memang sangat sedikit. Kenapa lebih banyaknya laki-laki itu karena tindak kekerasan dianggap sebagai sesuatu yang maskulin atau macho. Kalo di kelas Paradigma Feminis sih pernah dibilang juga kalo itu salah satu cara yang diyakini laki-laki harus dilakukan untuk mendapatkan power atau kekuasaan atas perempuan—akibat dari budaya patriarki sih kalo kata dosennya.

Kalo korbannya?
            Korbannya pun sama seperti pelakunya, biasanya sih perempuan, tapi bisa juga terjadi pada laki-laki.

Kenapa bisa seseorang jadi korban KDP?
Karena biasanya mereka ngerasa itu sebagai bentuk kekerasan. Pepatah aja sampai bilang: cemburu tanda cinta, katanya. So, wajar kalo ada orang yang pacarnya udah cemburu buta sampai mengekang hak-haknya tapi gak nganggep itu sebagai sesuatu yang mengganggu dan malah nganggep kalo itu tuh perwujudan rasa cinta dari pasangan. Makin cemburu ya artinya makin cinta.
Padahal, kalo menurut Erich Fromm cinta itu: union with somebody or something outside oneself, under the condition of retaining the separateness and integrity of one’s own self (Fromm, 1981). Fromm percaya kalo yang namanya cinta itu saling berbagi satu sama lain, tanpa menghilangkan kebebasan dan integritas salah satu. Cinta itu memadukan dua orang menjadi satu, tapi tetap dua. Artinya membatasi lingkup pergaulan pacar, melarang pacar melakukan ini atau itu, sering ngambek sama pacar itu bukan tanda cinta. Tapi jangan salah kaprah! Bukan berarti kalo pacar melarang atau cemburu artinya mereka sedang melakukan tindak kekerasan. Perilaku-perilaku yang katanya ‘tanda cinta’ itu menjadi tindak kekerasan kalo dilakukan untuk meraih power atas orang lain.

Nah, tadi ‘kan udah disebutin kira-kira apa aja bentuk tindak kekerasannya, sekarang gue sebutin jenis-jenis kekerasannya secara umum..
  • Kekerasan fisik. Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit secara fisik, jatuh sakit, atau luka berat. Contohnya memukul, menendang, menyundut dengan rokok, mencekik, dll. 
  • Kekerasan psikis. Perbuatan yang menyerang psikologis korban, yang menyebabkan ketakutan & hilangnya rasa percaya diri. Contohnya kekerasan verbal (penghinaan), dilarang berhubungan dengan keluarga atau teman, harus selalu lapor pada pacar pergi kemana-dengan siapa-apa yang dilakukan, sering membatalkan janji untuk alasan yang nggak jelas, cemas atau takut bikin pacarnya marah, sering melewatkan acara-acara penting dengan teman atau keluarga, hampir selalu menemani pacar setiap saat. Jenis kekerasan ini sih yang biasanya banyak terjadi dan gak disadari.
  • Kekerasan ekonomi. Terus-terusan minjem uang dengan janji-janji, membatasi/melarang/memaksa pasangan untuk bekerja.

Kalau ada temen atau saudara atau anak kita atau mungkin diri sendiri pernah/sedang mengalami salah satu dari contoh-contoh di atas, maka dia/Anda butuh dukungan dan bantuan kita untuk bisa lepas dari situasi tersebut.

Kenapa harus dibantu? Karena biasanya korban itu mengalami kesulitan untuk bisa melepaskan diri dari pelaku, gara-garanya: dia merasa terlalu sayang dan cinta sama pacar, takut pacar marah dan malah menyakiti kalo ditinggalin, gabisa bedain antara romantis dengan cemburu dan posesif, ada temen yang ngeharusin dia punya pacar dan mempertahankan hubungan, dia ngerasa kesepian dan gak deket sama keluarga, atau merasa gak pede dan gak berharga.

Apa yang bisa dilakukan?
1.      Jangan salahin dia karena gabisa lepas dari pelaku
2.      Bilang baik-baik sama dia kalo kita sebagai orang terdekat itu khawatir sama dia
3.      Tawarin dia buat cerita masalahnya sama kita dan jadilah pendengar yang baik
4.      Tanya dia gimana caranya kita bisa bantu dia. Lalu ajak dia buat cari bantuan (pihak sekolah, dokter, polisi, LSM, atau psikolog).
5.      Cari informasi selengkap mungkin tentang KDP dan lembaga yang bisa kasih pendampingan untuk korban kekerasan.
6.      Kasih informasinya sama dia dan bantu dia bikin rencana penyelamatan diri.
7.      Cermati perilakunya.
8.      (Yang paling penting, menurut gue) Tetap sabar, memahami, dan mendukung dia karena penyelamatan diri ini prosesnya bisa panjang banget dan makan waktu, tenaga, pikiran, bahkan mungkin dana yang lumayan

Perhatiin, hal-hal ini gaboleh dilakukan! Yaitu,
  • Sikap menilai dan menyalahkan (ingat poin 1)
  • Terburu-buru dan maksa dia buat melakukan atau memutuskan sesuatu (ingat poin 8)
  • Mengkritik dia (ingat poin 2)
  • Konfrontasi langsung pacarnya karena itu bisa membahayakan dia (ingat poin 8)

Kalau kita sama sekali ngerasa ga sanggup bantu dia, minta bantuan dari orang lain misalnya guru atau lembaga yang memang biasa ngasih pendampingan buat korban kekerasan, misalnya Yayasan Pulih.

YAYASAN PULIH – Untuk Pemulihan dari Trauma dan Intervensi Psikososial
Hotline             : 088-8181-6860 atau 021-982-86-398
www.pulih.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar