Jumat, 12 Februari 2016

Cafe Review: Eatwell Cafe Bandung

Hari ini untuk ketiga kalinya gua ke cafe yang lokasinya persis di seberang kantor ini, tepatnya di Jalan Karapitan No. 115, Lengkong, Bandung.
Logo Eatwell Cafe Bandung
Pertama kali dateng ke sini untuk memenuhi impulsivitas setelah liat kalau ada cafe baru di depan kantor. Jadi ngajakin anak-anak yang memang suka makan siang di luar kantor tiap hari Jumat.

Kesan pertama cafe-nya sepi banget. Temboknya yang cuma diplester aci dan berwarna abu-abu nggak didukung dengan penerangan yang cukup. Padahal kita dateng itu Jumat siang loh, harusnya mah masih terang.. tapi di dalam cafe buram.

Menu yang ditawarkan ada bermacam-macam, mulai dari pasta, mie-mie-an, cemilan, pizza, dessert, dan macam-macam minuman. Gua pesen choco banana milkshake (lupa nama jelasnya) dan spaghetti carbonara. Pastanya okelah, tapi nggak mengenyangkan. Well, what can I expect from a menu for only IDR 20000-an. Tapi choco banana milkshake-nya nggak banget. I could give 2 of 5 for this menu. Need some more improvement on the taste and the texture. Tapi kayaknya memang untuk minuman cafe ini masih banyak banget kekurangannya. Temen gue yang pesen green tea frappe, dikecewakan dengan penampilan yang nggak banget dan rasa yang aneh abis.

Kali kedua gua dateng buat makan malem. Cafe ini punya tema cafe indomie dan coffee. So, gua punya ekspektasi cukup tinggi untuk menu mie-nya. Kebetulan juga lagi craving for mie. Pesen lah gua indomie special ala eatwell. Tau apa yang gua dapet? Indomie yang direbus, ditambah kornet, dan hambar karena nggak dikasih bumbu indominya. Gua langsung males banget makannya. Setengah pun nggak habis. Gua pinggirin dan gua pesen lagi Pepperoni Pizza. Pepperoni Pizza ini gua kasih rating 3 dari 5. Cukup enak, tapi bentukannya aneh menurut gua. Judulnya pizza, tapi bentukannya kayak pastel isi keju mozarella. Geez. 

Kali yang ketiga ini, gua pesen spaghetti aglio olio. Sumpah nggak enak. Udah sedikit, nggak enak lagi. Rasa pedesnya nggak sama dengan spaghetti yang gua makan di cafe a la italia beneran, rasanya malah kayak pedes boncabe.

Well, the reason why we couldn't help but go to this place is because it only takes 1 minute to reach this cafe (it's probably even less than a minute to walk here). Untuk itu, secara umum gua kasih nilai 2,5 dari 5 untuk cafe ini. Setengah poin tambahan dateng dari jaraknya yang deket ke kantor sih.



Rabu, 10 Februari 2016

New K-Drama Remember - War of The Son (SBS) is Addictive

Sedang tergila-gila dengan Yoo Seungho di drama Remember.. kyaaa..

OMG.

Drama yang lagi tayang ini bercerita tentang seorang anak yang bapaknya didakwa bersalah atas kasus pembunuhan dan pemerkosaan seorang mahasiswa di sebuah villa di Seocheon. Seo Jaehyuk, tergugat, didakwa bersalah dalam kasus ini karena dia nggak punya kekuasaan yang bisa menyelamatkan dia dari praktik-praktik kecurangan dalam hukum Korea Selatan. Sementara bapaknya dipenjara, si anak Seo Jinwoo--Yoo Seungho--yang merasa dicurangi, bertekad untuk membuktikan bahwa bapaknya ini tidak bersalah. Tapi tekadnya ini terhalang kenyataan bahwa bapaknya mengidap Alzheimer dan tidak bisa mengingat apapun yang terjadi di hari kasus itu terjadi.

Plotnya berputar di perjuangan si anak menjadi pengacara untuk membela ayahnya yang tidak bersalah. Apakah dia mampu membuktikan bahwa ayahnya memang tidak bersalah di tengah kenyataan bahwa dia juga memiliki kemungkinan besar terserang Alzheimer seperti ayahnya.

Walaupun ceritanya sebenarnya banyak yang miss dalam hal detail-detail hukum, ceritanya bagus menurutku. Apalagi aktingnya Yoo Seungho yang baru kembali dari wajib militer, dan kini jadi lebih tampan. Makin tampan dan mempesona lagi waktu dia membela klien di ruang sidang. 멋지다, alias keren abis!
[​IMG]
sumber: Indowebster, so cool right? :p
Drama ini masih menduduki peringkat kedua dalam perhitungan rating di negaranya, nggak salah kan kalau aku sampe rela begadang sampe jam 4 subuh cuma demi bisa nonton drama ini. Hihihi

Nggak sabar nungguin next episode dari drama ini dan gimana nanti perkembangan ceritanya. Meanwhile, aku mau nonton episode 10 dulu aja yang tadi malem belum beres kutonton.

Review:
Casting    : 
Character : 
Plot          : 
Overall    : 


Minggu, 31 Januari 2016

Review Buku: Kind Looking Eyes (English version) by Ahmad Tohari

Judul: Kind Looking Eyes
Penulis: Ahmad Tohari
Sumber: ijakarta

Pertama kali lihat buku ini dari pos Instagram temen kuliah. Dia pos buku-buku yang bisa dibaca online lewat aplikasi ijakarta. One of the books is this one.

Penasaran, jadi nanya deh ke dia.. gimana caranya dapet buku itu. Tapi namanya juga Instagram, bukan messenger, jawabannya pun nggak cepet. So gua ubek sendiri deh tuh, mulai dari googling, sampe browsing apps di Playstore. Dan akhirnya gua berhasil download aplikasi yang besarnya 33MB itu, yang butuh waktu lebih dari setengah jam buat didownload karena internet gua yang lelet banget (padahal habis isi ulang paket internet).

Sambil ngotak-ngatik apps-nya, gua akhirnya berhasil menemukan buku ini. Meskipun awalnya kaget karena ternyata bukunya berbahasa Inggris. Buku terunduh, mulailah gua baca. Now, here's the review.

Review:
Buku ini adalah kumpulan cerita-cerita pendek yang dibuat Tohari sejak tahun 1980-an sampai 2000-an. Ceritanya banyak berlatar belakang sebuah desa, kebanyakan daerah Sunda (mungkin karena ke-Sunda-annya inilah yang bikin bacanya menyenangkan dan mudah dimengerti). Banyak tema yang diangkat, mulai dari tema yang berhubungan dengan tahayul, filosofis, isu-isu seksual yang sifatnya tabu, sampai tema keluarga yang manis dan romantis.

Paling suka dengan cerita terakhirnya. Cerita inilah yang menurut gua manis dan romantis. Menceritakan dilema seorang anak yang sekaligus seorang istri, yang bingung kepada siapa harus berbakti. Cerita-ceritanya sederhana, tapi mengena. Nggak seperti novel jaman sekarang (atau kumpulan cerita jaman sekarang) yang menjual kemewahan, pendidikan berkelas kalangan atas, atau juga gaya hidup para sosialita. Ceritanya tentang rakyat biasa, ada yang tukang warung, tukang bangunan, peternak babi, lurah, bahkan gelandangan.

Suka sih dengan cerita-ceritanya, tapi kayaknya gua bakal lebih khusyuk bacanya kalau bahasanya bahasa Indonesia. Bukan bahasa Inggris. Apa daya ketemunya itu, jadi ya diterimakan saja.

Gua kasih nilai 3/5. Buat yang mau baca, bisa download aplikasi ijakarta (bisa di semua platform) atau klik link sumber di bagian atas blog ini.